MAKALAH:
NETRALISASI
DI
S
U
S
U
N
OLEH
SUHARDIN
K201102146
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA
WALUYA
KENDARI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya.Sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana, semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi para pembaca.
Makalah ini berisikan tentang “Netralisasi” diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
dan wawasan kepada kita semua.
Penulisan makalah ini merupakan
persyaratan untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Penyediaan Air Bersihdi Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan (STIKES) Mandala Waluya Kendari.
kamimenyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan semoga Allah
S.W.T senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin Yaa Robbal Alamin.
Kendari, Mei
2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Reaksi netralisasi berawal dari teori
tentang teori asam basa yang di kemukakan oleh Arhennius, bronted lowry dan
Lewis.menurut arhenius asam adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air
akan melepaskan ion H+ dan basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam
air akan melepaskan ion OH-. Menurut
bronsted lowry asam adalah suatu zat yang memberikan proton sedangkan
basa adalah akseptor proton.
Titrasi asam basa adalah penetapan
kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi asam basa.bila titran
digunakan lrutan asam baku maka penetapan tersebut dinamakan ASIDIMETRI,
sedangkan apabila larutan bakunya basa sebagai titran maka penetapan itu
disebut ALKALIMETRI. Reaksi netralisasi adalah suatun reaksi antara senyawa
asam dan senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya
suatu senyawa netral. Pada percobaan netralisasi ini lakukan percobaan
asidimetri,alkalimetri dan titrasi bebas air.
B.
Rumusan Masalah
A. Bagaimana Mengetahuireaksi
netralisasi berawal dari teori tentang teori asam basa ?
B. Bagaimana mengetahui netralisasi pada ph ?
C. Bagaimana mengetahui netralisasi pada pengolahan limbah
cair ?
D. Bagaimana mengetahuipengolahan air bersih ?
C. Tujuan
A.
Untuk
Mengetahui reaksi netralisasi berawal dari teori tentang teori asam
basa.
B.
Untuk
mengetahui netralisasi pada ph.
C.
Untuk
mengetahui netralisasi pada pengolahan limbah cair.
D.
Untuk
mengetahui pengolahan air bersih.
D. Manfaat
A.
Mahasiswa
atau pembaca dapat mengetahui reaksi netralisasi berawal dari teori
tentang teori asam basa.
B.
Mahasiswa
atau pembaca dapat mengetahui netralisasi pada ph.
C.
Mahasiswa
atau pembaca dapat mengetahui netralisasi pada pengolahan limbah cair.
D.
Mahasiswa
atau pembaca dapat mengetahui pengolahan air bersih.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reaksi Netralisasi Berawal Dari Teori Tentang Teori Asam Basa
Menurut defines Arrhenius, asam
ialah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen H+ dalam larutan sedang
basa menghasilkan ion hidroksida OH-. Perumusan semacam itu memang
memadai jika yang dilihat hanya reaksi-reaksi dalam air, akan tetapi pengertian
serta ketimbalkaitan asam/basa telah lazim dipergunakan dalam praktek sehingga
konsep asam dan basa pun makin diperluas dan lebih berlaku umum. Bronstad
mengusulkan rumusan bahwa asam ialah senyawa-senyawa pemberi proton (donor
proton) sedangkan basa ialah penerima proton (akseptor proton) (Peter, 1989)
Menurut Bronstad-Lowry, asam adalah zat yang dapat
memberikan proton. Zedangkan basa adalah zat yang dapat menerima proton.Dalam
teori Lewis, asam adalah setiap spesi yang mengandung atom yang dapat menerima
pasangan elektron.Sedangkan basa adalah setiap spesi yang mengandung atom yang
dapat menderma pasangan elektron (Hiskia, 2001).
Pemberian yang lebih umum lagi disampaikan oleh Lewis, yang
mendifinisikan asam sebagai molekul atau ion yang sanggup melakukan koordinasi
dengan pasangan elektron bebas, sedangkan basa ialah molekul atau ion yang
memiliki pasangan elektron tersebut untuk dikoordinasikan (Peter, 1989).
Titrasi asam-basa merupakan suatu metode yang memungkinkan
dilakukannya analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau basa yang tidak diketahui. Dalam titrasi asam-basa, basa akan bereaksi
dengan asam lemah dan membentuk suatu larutan yang mengandung asam lemah dan
basa konjugasinya sampai semua asam ternetralkan semuanya (Nahar Lutfun).
Reaksi asam dan basa yang sama kuatnya, akan menghasilkan
suatu larutan netral. Asam dan basa yang bereksi dapat keduanya kuat maupun
keduanya lemah. Reaksi asam dan basa dengan kekuatan yang berlainan akan
menghasilkan larutan yang atau asam lemah atau basa lemah, bergantung pasa
kekuatan asam konjugat dan basa konjugat yang dihasilkan. Jika asam yang
dihasilkan itu lebih kuat daripada basa yang dihasilkan, maka diperoleh larutan
asam lemah. Sebaliknya jika basa yang dihasilkan lebih kuat daripada asam yang
dihasilkan, akan diperoleh larutan basa lemah. Terlepas dari kekuatan relative
asam dan basa yang terliat, semua reaksi asam-basa semacam itu lazim dirujuk
sebagai reaksi penetralan (Keenan, 1990).
Pada umumnya, asam adalah zat-zat molecular yang apabila
direaksikan dengan air akan menghasilkan ion hidronium. Sedangkan basa, secara
prinsip terdiri dari dua macam: hidroksida ion dan zat molecular yang apabila
bereaksi dengan air akan menghasilkan ion OH- (James, 2002).
B. Netralisasi Pada pH
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi
normal. Setelah pH mendekati normal barulah proses pengolahan dapat dilakukan
secara efektif.
Fungsi dari pengaturan pH dalam instalasi air minum
bertujuan untuk mengendalikan korosif perpipaan dalam sistem distribusi.
Korosif membentuk racun bila pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5
Proses dan perhitungan neralisasi pH
adalah sebagai berikut:
- pH air secara alami berkisar antara 4-9, tetapi secara teoritis pHnya 0-14. Dimana pH=0 dinamakan sangat asam, dan pH=14 disebut sangat basa;sedangkan pH=7 menunjukkan netral pada suhu 20C
- Ketidaknormalan pH air dapat disebabkan oleh pemasukkan asam atau basa
- pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat menyebabkan senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan
- Pengendapan semua logam akan terjadi pada pH ≥ 8,3;dengan rincian Fe pada pH 8-9, dan Mn pada pH 11
- Pada pH 7,0 – 8,5, klorin akan bereaksi efektif (80%), sedangkan pada pH < 6 atau > 8,5 hanya bereaksi pada pH ≥ 6
- Dalam praktek pH = 0 sangat asam untuk menjadi netral (pH=7), maka dapat diberi basa (misalnya kapur dengan perhitungan empiris)
- Dalam praktek pH=4 sangat asam, untuk menjadikan netral maka air perlu diberi basa.
- pH=4 menunjukkan asam, untuk menjadi netral perlu penambahan basa (misalnya kapur dengan perhitungan empiris
- pH=9 menunjukka cukup basa, agar menjadi netral (pH=7) perlu penambahan asam dengan perhitungan empiris
- CaO (kapur tohor) atau CaCO3 (batu gamping) dapat meninggikan pH
- Untuk menurunkan pH dilakukan dengan penambahan tawas
- pH air secara alami berkisar antara 4-9, tetapi secara teoritis pHnya 0-14. Dimana pH=0 dinamakan sangat asam, dan pH=14 disebut sangat basa;sedangkan pH=7 menunjukkan netral pada suhu 20C
- Ketidaknormalan pH air dapat disebabkan oleh pemasukkan asam atau basa
- pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat menyebabkan senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan
- Pengendapan semua logam akan terjadi pada pH ≥ 8,3;dengan rincian Fe pada pH 8-9, dan Mn pada pH 11
- Pada pH 7,0 – 8,5, klorin akan bereaksi efektif (80%), sedangkan pada pH < 6 atau > 8,5 hanya bereaksi pada pH ≥ 6
- Dalam praktek pH = 0 sangat asam untuk menjadi netral (pH=7), maka dapat diberi basa (misalnya kapur dengan perhitungan empiris)
- Dalam praktek pH=4 sangat asam, untuk menjadikan netral maka air perlu diberi basa.
- pH=4 menunjukkan asam, untuk menjadi netral perlu penambahan basa (misalnya kapur dengan perhitungan empiris
- pH=9 menunjukka cukup basa, agar menjadi netral (pH=7) perlu penambahan asam dengan perhitungan empiris
- CaO (kapur tohor) atau CaCO3 (batu gamping) dapat meninggikan pH
- Untuk menurunkan pH dilakukan dengan penambahan tawas
C.
Netralisasi pada pengolahan limbah cair
Sebagian besar limbah cair dari
industri mengandung bahan bahan yang bersifat asam (Acidic)ataupun Basa
(alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum dibuang kebadan air maupun
sebelumlimbah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara biologic
maupun secara kimiawi,proses netralisasi tersebut bisa dilakukan sebelum atau
sesudah proses equalisasi.Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada
pengolahan secara biologi, pH perludijaga pada kondisi antara pH 6,5
8,5, karena sebagian besar microb aktif atau hidup
padakondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga akan lebih efisien
dan efektif jikadilakukan pada kondisi pH netral.
Netralisasi adalah penambahan Basa
(alkali) pada limbah yang bersifat asam (pH 7).Pemilihanbahan/reagen untuk
proses netralisasi banyak ditentukan oleh harga/biaya dan praktis-nya,
Bahan(reagen) yang biasa digunakan tersebut adalah :
Asam :
-Sulfuric acid ( H2SO4
)-Hydrochloric acid ( HCI )-Carbon dioxide ( CCG2 )-Sulfur dioxide-Nitric acid
Basa :
-Caustic soda (NaOH) Ammonia-Soda
Ash (Na2CO3) Limestone (CaCO3)
D. Pengolahan air bersih
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia.Dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum, masak, mandi,
mencuci dan sebagainya. Pada saat ini, persentase penduduk di Indonesia yang
sudah mendapatkan pelayanan air bersih dari badan atau perusahaan air minum
masih sangat kecil yaitu untuk daerah perkotaan sekitar 45 % , sedangkan untuk
daerah pedesaan baru sekitar 36 % .
Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut,
penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang- kadang
bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi standart air minum yang
sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air
sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan akan
air minum. Oleh karena itu di daerah - daerah seperti ini, persentase penderita
penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau
kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi.
Dalam rangka penyediaan air minum yang bersih dan sehat bagi masyarakat
pedesaan yang mana kualitas air tanahnya buruk serta belum mendapatkan
pelayanan air minum dari PAM, perlu memasyarakatkan alat pengolah air Minum
sederhana yang murah dan dapat dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan bahan
yang ada dipasaran setempat.
Salah satu alat pengolah air minum sederhana tersebut adalah alat pengolah air
minum yang merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa aerasi
dan saringan dari pasir atau disingat Model TP2AS. Alat ini dirancang untuk
keperluan rumah tangga sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara
pengoperasiannya mudah serta biayanya murah. Cara pengolahannya dengan
menggunakan bahan kimia yaitu hanya dengan tawas dan kapur (gamping).
Alat Pengolah Air Minum model TP2AS ini sangat cocok digunakan untuk pengolahan
air minum yang air bakunya mengandung zat besi dan mangan dan zat organik,
dengan biaya yang sangat murah.
1. Tahapan Proses Pengolahan
Tahapan proses pengolahan terdiri
dari beberapa tahap yaitu :
1.
Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping.
2.
Aerasi dengan pemompaan udara.
3.
Koagulasi dengan pemberian tawas.
4.
Pengendapan.
5.
Penyaringan.
1. Netralisasi
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi
netral (pH 7 - 8).Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang paling
murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian
kapur, disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk
membantu efektifitas proses selanjutnya.
2. Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar
kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen
yang ada dalam udara memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat
diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan
gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida
dan gas-gas racun lainnya. Reaksi oksidasi Besi dan Mangan oleh udara dapat
ditulis sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 +
10 H2O ====> 4 Fe(OH)3+ 8 H+
tak larut
Mn2+ + O2 + H2O
====> MnO2 + 2 H+
tak larut
Dari persamaan reaksi antara besi dengan oksigen tersebut, maka secara teoritis
dapat dihitung bahwa untuk 1 ppm oksigen dapat mengoksidasi 6.98 ppm ion Besi.
Reaksi oksidasi ini dapat dipengaruhi antara lain : jumlah Oksigen yang
bereaksi , dalam hal ini dipengaruhi oleh jumlah udara yang dikontkkan dengan
air serta luas kontak antara gelembung udara dengan permukaan air . Jadi makin
merata dan makin kecil gelembung udara yang dihembuskan kedalam air bakunya ,
maka oksigen yang bereaksi makin besar. Faktor lain yang sangat mempengaruhi
reaksi oksidasi besi dengan oksigen dari udara adalah pH air. Reaksi oksidasi
ini sangat efektif pada pH air lebih besar 7(tujuh). Oleh karena itu sebelum
aerasi dilakukan, maka pH air baku harus dinaikkan sampai mencapai pH 8. Hal
ini dimaksudkan agar pH air tidak menyimpang dari pH standart untuk air minum
yaitu pH 6,5 - pH 8,5. Oksidasi Mangan dengan oksigen dari udara tidak
seefektif untuk besi, tetapi jika kadar Mangannya tidak terlalu tinggi maka
sebagaian mangan dapat juga teroksidasi dan terendapkan.
3. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam
air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat warna organik, lumpur halus
bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap. Cara yang paling
mudah dan murah adalah dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya Al2(SO4)3.18
H2O. (berupa kristal berwarna putih).
Reaksi koagulasi dengan Tawas secara
sederhana dapat ditulis sebagai berikut :
Al2(SO4)3.18
H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3
+3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O
alkalinity
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O
mengendap
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium hidroksida,
Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel -
partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan
segera dapat mengendap. Cara pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai berikut
yaitu : sejumlah tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan kedalam
air baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selama kurang lebih 2 menit.
Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa sehingga terbentuk
gumpalan - gumpalan kotoran akibat bergabungnya kotoran tersuspensi yang ada
dalam air baku. Setelah itu dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran
atau disebut flok tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran yang
terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit). Setelah kotoran mengendap air
akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat
dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di bawah tangki.
5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua.
Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap,
sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air.
Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses
penyaringan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut defines Arrhenius, asam
ialah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen H+ dalam larutan sedang
basa menghasilkan ion hidroksida OH-. Perumusan semacam itu memang
memadai jika yang dilihat hanya reaksi-reaksi dalam air, akan tetapi pengertian
serta ketimbalkaitan asam/basa telah lazim dipergunakan dalam praktek sehingga
konsep asam dan basa pun makin diperluas dan lebih berlaku umum. Bronstad
mengusulkan rumusan bahwa asam ialah senyawa-senyawa pemberi proton (donor
proton) sedangkan basa ialah penerima proton (akseptor proton) (Peter, 1989)
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi
normal. Setelah pH mendekati normal barulah proses pengolahan dapat dilakukan
secara efektif.
Fungsi dari pengaturan pH dalam instalasi air minum
bertujuan untuk mengendalikan korosif perpipaan dalam sistem distribusi.
Korosif membentuk racun bila pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5
Sebagian besar limbah cair dari
industri mengandung bahan bahan yang bersifat asam (Acidic)ataupun Basa
(alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum dibuang kebadan air maupun
sebelumlimbah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara biologic
maupun secara kimiawi,proses netralisasi tersebut bisa dilakukan sebelum atau
sesudah proses equalisasi.Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada
pengolahan secara biologi, pH perludijaga pada kondisi antara pH 6,5
Tahapan Proses Pengolahan
Tahapan proses pengolahan terdiri
dari beberapa tahap yaitu :
1.
Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping.
2.
Aerasi dengan pemompaan udara.
3.
Koagulasi dengan pemberian tawas.
4.
Pengendapan.
5.
Penyaringan.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
membantu pembaca khususnya mahasiswa dalam memberikan wawasan yang bermanfaat
tentang netralisasi pada pH penyediaan air bersih.Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dari pembaca
yang sifatnya membangun selalu penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
H. 2001. Kimia Larutan. PT Citra Aditya bakti: Bandung
Anonim.
2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Universitas Muslim Indonesia: Makassar
Brady,
J. 2002. Kimia Universitas.
Binarupa Aksara: Jakarta
Ditjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Ditjen
POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Keenan,
C. 1990. Ilmu Kimia Untuk Universitas.
Erlangga: Jakarta
Sykes,
P. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. PT Gramedia: Jakarta
http://serbamurni.blogspot.com/2012/12/proses-pengolahan-air-bersih.html
No comments:
Post a Comment